Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin (Koneksi Antar Materi Modul 3.1)


Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Patrap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Patrap Triloka (perilaku pemimpin pada tiga posisi berbeda) Ki Hajar Dewantara sesungguhnya menjadi model yang sempurna bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin itu hendaknya “Ing Ngarsa Sung Tuladha”, yang bermakna ketika berada di depan memberikan teladan, “Ing Madya Mangun Karsa”, yang bermakna seorang pemimpin ketika berada di tengah membangunkan kehendak yang dipimpinnya untuk bergerak yang benar, “Tut Wuri Handayani”, bahwa seorang pemimpin ketika berada pada posisi mengikuti/dibelakang dari yang dipimpinnya, hendaknya memberikan kekuatan bagi yang dipimpin untuk terus berjuang.

Patrap Triloka yang menjadi pedoman/model kepemimpinan ini menuntut berkembangnya nilai-nilai  kebajikan universal. Yang menjadi kunci adalah pemimpin yang harus bisa memodelkan, meneladankan dengan sebuah tindakan nyata dalam sebuah pengambilan keputusan yang adil bagi semua serta memikirkan  bagaimana nilai-nilai kebajikan universal yang sudah ada di organisasinya tumbuh dan berkembang. Ketika seorang pemimpin mampu memutuskan penyelesaian sebuah masalah berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal maka itu akan menjadi model bagi orang lain di organisasinya, artinya tugas untuk meneladankan sesuatu yang baik bagi orang lain berhasil dilaksanakan oleh pemimpin tersebut. Dengan pengambilan keputusan yang berbasis pada nilai-nilai kebajikan, seorang pemimpin telah berhasil menumbuhkan niat orang-orang disekelilingnya untuk bertindak dan berlaku seturut pemimpinnya.

“Tut Wuri Handayani”, ketika dibelakang memberikan kekuatan/motivasi, maka  pengambilan keputusan yang benar, berbasis nilai-nilai kebajikan menjadi langkah awal memastikan organisasi berada pada rel yang benar  untuk terus bergerak dan berkembang, seturut cita-cita dan harapan organisasi. Maka yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah mengawal semuanya itu untuk tetap sesuai dengan harapan dan visi organisasi, menguatkan kembali yang lemah sehingga  jalanya organisasi tidak pincang.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Dalam diri setiap orang sejatinya telah ada nilai-nilai kebajikan universal, hanya kemudian nilai-nilai tersebut tumbuh dengan kuat dan menjadi bagian dari karakter dan watak atau tenggelam oleh nilai-nilai lain yang kurang baik. Ketika tumbuh dengan kuat, menjadi karakter dan watak yang menjadi identitas diri, maka nilai-nilai tersebut dengan sendirinya akan mendasari seseorang dalam berperilaku, bertindak juga dalam pengambilan sebuah keputusan. Mana yang lebih dominan, karakter baik atau karakter yang kurang baik. Karakter dan watak yang baik  akan menuntun seseorang pada pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai yang baik. Namun sebaliknya bila yang dominan yang kurang baik, akan menyebabkan terjadinya pengambiilan keputusan yang kurang baik pula, yang bisa jadi akan mengesampingkan nilai-nilai kebajikan universal, sehingga akhirnya, buah  dari keputusan tersebut akan merugikan orang lain atau bahkan diri sendiri.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching sebagai salah satu materi dari proses pembelajaran  Pendidikan Calon Guru Penggerak, menjadi sebuah cara untuk menggali potensi-potensi yang ada, yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi solusi sebuah pengambilan keputusan dari permasalahan yang ada. Dengan coaching, seorang coachee akan bisa mengidentifikasi masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi peluang-peluang yang ada, merencanakan aksi berdasar peluang-peluang tersebut serta  mengeksekusi rencana aksi tersebut dengan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, sebuah proses coaching akan menuntun coachee pada sebuah pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan peluang yang dimiliki untuk menyelesaikan masalahnya. Keputusan yang diambil akan efektif apabila dalam proses coaching  segala peluang dipetakan serta dipilih mana yang terbaik dari yang ada.  Yang menjadi ukuran efektifitas dari pengambilan keputusan tersebut adalah apakah masalah coachee terselesaikan seturut nilai-nilai kebajikan universal.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang komperehensif mengenai murid. Dengan pemahaman yang baik terhadap kondisi murid, maka seorang guru akan mampu mengelola aspek sosial emosionalnya, kompetensi sosial emosionalnya terasah, peka terhadap kondisi  murid. Hal ini akan mempengaruhi langkah guru dalam memutuskan dilema etika. Untuk bisa mengambil keputusan  dengan baik, kompetensi sosial emosional seorang guru harus terasah, memahami sebuah masalah secara utuh, melihat peluang yang tersedia, dan memilih yang terbaik  dari berbagai peluang ada, sehingga terambil keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal (Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan seterusnya)

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik diharapkan memiliki kepekaan terhadap masalah yang dihadapinya, merasakan berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya, kemudian memutuskan apakah yang dihadapinya merupakan bujukan moral atau masalah dilema etika. Seorang pendidik yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik akan berpegang pada nilai-nilai kebajikan, sehingga tidak mudah terbujuk dengan masalah moral dan membuat keputusan yang salah. Sebaliknya, seorang pendidik yang memiliki kompetensi sosial emosional yang baik akan mampu melihat dan merasakan masalah dilema etika dengan jernih serta akan mampu mengambil keputusan berlandaskan nilai-nilai kebajikan.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Diyakini bahwa pengambilan keputusan yang tepat berbasis nilai-nilai kebajikan universal akan mengakomodir kepentingan berbagai pihak yang terlibat dalam masalah. Dengan demikian ketika keputusan terhadap sebuah masalah telah memuaskan berbagai kepentingan, maka akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Di sini diperlukan kompetensi seorang pemimpin yang mampu melihat masalah secara utuh, mampu melihat masalah dari empat paradigma, mengambil keputusan berdasarkan tiga prinsip pengambilan keputusan serta  sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan di lingkungan untuk menjalankan pengambilan keputusan kasus-kasus dilema etika adalah saya melihat masih lemahnya kemampuan melihat masalah secara komperehensif, menyeluruh, utuh, sehingga ada kesan bahwa keputusan dijalankan sepihak dan mengabaikan pihak lain. Sehingga keputusan yang diambil tidak bisa diterima dengan bulat oleh segenap pihak, yang berdampak tidak efektifnya keputusan tersebut.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Guru harus memiliki pemahaman terhadap kondisi masing-masing muridnya, yang beragam latar belakang dan potensi yang beragam pula. Pembelajaran di kelas adalah masalah dilema etika. Satu sisi ada murid yang dengan cepat belajar, satu sisi ada murid dengan kondisi lebih lambat. Pembelajaran berdiferensiasi adalah keputusan yang harus diambil  oleh guru untuk dapat  mengakomodir semua murid di kelas. Dengan demikian segenap murid mendapatkan haknya, seturut dengan potensi dan minat mereka.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam kelas dihadapkan pada berbagai persoalan murid yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Kemampuan guru melihat dan menilai masalah yang terjadi di kelas mempengaruhi cara pengambilan keputusan dari masalah yang terjadi. Keputusan yang baik dari seorang pemimpin pembelajaran adalah keputusan yang berpihak pada kebutuhan perkembangan murid. Keputusan yang salah akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan dan masa depan murid, dan sebaliknya.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang berhasil saya tarik dari pembelajaran modul materi Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai sebagai Pemimpin ini bahwa materi ini sangat membantu saya secara pribadi  dalam meningkatkan kemampuan saya melihat dan menilai sebuah permasalahan apakah masalah moral ataukah dilema etika. Modul ini melengkapi dan saling terkait dengan materi-materi sebelumnya dari modul  1 dan modul 2 dalam upaya menuntun dan memerdekakan murid, mencgkondisikan pembelajaran yang berpihak kepada murid.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, langkah awal ketika berhadapan dengan sebuah masalah adalah menilai apakah yang terjadi merupakan masalah dilema etika atau bujukan moral. Melihat paradigma mana yang sesuai dengan masalah terjadi, kemudian memutuskan akan menggunakan prinsip mana untuk mengambil keputusan dari masalah tersebut, serta mengujinya dalam sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Keputusan yang berberbasis nilai-nilai  kebajikan tidak akan salah ketika di uji (membuat perasaan tidak nyaman). Dengan empat paradigma, tiga prinsip pengambilan keputusan serta sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan,  sebuah masalah dilema etika akan dapat diselesaikan dengan mengakomodir kepentingan pihak-pihak yang terlibat, sehingga mendorong situasi yang nyaman, kondusif serta lebih berpihak kepada murid.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah dihadapkan pada masalah siswa dalam situasi  dilema etika, pengambilan keputusan yang terjadi adalah Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Cara ini terasa tidak adil bagi siswa, tidak mengakomodir keterbatasan siswa, tidak mau tahu keadaan siswa, serta kaku. Perbedaannya sangat mencolok bila mempelajari modul, bahwa dalam memutuskan masalah dilema etika, saya harus melihat kondisi yang ada, menimbang berbagai peluang yang ada serta mengambil  salah satu yang terbaik yang berpihak kepada murid, dengan demikian keputusan yang diambil lebih humanis, tidak kaku, serta mengedepankan nilai-nilai kebajikan.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang terjadi setelah mempelajari modul ini bagi saya adalah adanya penyesalan dalam diri saya untuk keputusan-keputusan yang saya ambil di masa dulu, serta merubah cara saya dalam melihat dan mengambil keputusan masalah dilema etika. Mengkaji lebih dalam, melihat masalah secara komperehensif, serta menggali peluang-peluang terbaik yang bisa diambil  untuk memutuskan masalah, sehingga lebih berpihak kepada murid dan berbasis nilai-nilai kebajikan universal.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Modul ini begitu penting bagi saya pribadi maupun sebagai pemimpin pembelajaran, karena modul ini mengajarkan bagaimana mengambil sebuah keputusan masalah dilema etika yang saya rasakan banyak terjadi dalam kelas. Modul ini mengajarkan saya lebih bijak dalam menilai sebuah masalah, tidak terburu-buru dalam mengambil sebuah keputusan sebelum terlebih mengkajinya, serta  menguji kembali keputusan yang telah diambil dalam sembilan langkah pengambilan dan pengujian keptusan. Sekali lagi ini upaya  untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih berpihak kepada murid, berbasis nilai-nilai kebajikan universal.

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1


Mengawali perjalanan untuk ikut seleksi guru penggerak dengan sebuah keyakinan akan mendapatkan ilmu yang bisa dibagikan, akan memperoleh sebuah pengalaman yang baru sama sekali. Setelah bersusah payah mengikuti tahap demi tahap perjalanan seleksi guru penggerak, pada akhirnya berada di titik ini, “Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara” Banyak pengetahuan baru yang saya peroleh, yang bisa saya praktikkan dalam kelas.

Teori Konvergensi

Teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Ki Hajar Dewantara meyakini teori ini. Maka kemudian pendidik harus memahami masing-masing dari siswanya, agar bisa memberikan tuntunan, pendampingan, yang tepat agar bisa menebalkan tulisan suram yang dibawa masing-masing siswa. “pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram. Demikian Ki Hajar Dewantara menyampaikan. Hal ini menyadarkan pribadi saya sebagai seorang guru, bahwa siswa memiliki potensinya sendiri, kodratnya, yang harus dipahami, dituntun, diarahkan. Saya tidak bisa menyamaratakan mereka, bahwa mereka semua harus bisa mempelajari, menguasai apa yang saya ajarkan. Sebagai guru saya harus bisa menyesuaikan, serta mendorong mereka sesuai potensi mereka. Bukan nilai, tapi bagaimana cara, kemauan, semangat mereka mengembangkan diri.

Memberikan ruang belajar bagi siswa sesuai bakat dan minat

Pendidikan yang Menuntun

Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia (diri-sendiri) maupun sebagai anggota masyarakat. Terkait dengan hal ini, saya terketuk dengan apa yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa “Pertama kali harus diingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri.” Sebagai guru  tidak bisa memaksakan tumbuh kembangnya anak, bahwa kamu harus jadi A atau kamu harus jadi B. Masa depan anak tidak bisa dilihat dari kondisi saat kita mendidiknya, masa depan anak ada di masa depan, menurut kodratnya, anak sampai atau tidak  tergantung, dari tuntunan yang diberikan.

Terkait dengan hal di atas, pada minggu ini saya mencoba untuk lebih memahami siswa-siswi saya. Mereka yang memiliki latar belakang keluarga yang berbeda, dengan sumber daya yang berbeda, bawaan biologis yang berbeda, tentunya akan memiliki cara yang berbeda dalam melihat masa depan. Dari apa yang mereka tulis dan sampaikan, dapat diketahui bahwa masing-masing anak memiliki harapanya sendiri tentang masa depan, mereka memiliki mimpi, yang bisa jadi  akan berbeda dari harapan kedua orang tuanya.

Siswa memiliki harapan dan karakter yang berbeda

Pengalaman di  atas memberikan gambaran bahwa apa yang disampaikan Ki Hajar Dewantara adalah benar adanya, bahwa pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita, mengenai anak ini akan tumbuh berkembang sebagai apa, kita sebagai guru tidak bisa memaksakan. Kita tidak bisa memaksakan kodratnya padi tumbuh sebagai jagung. Kita juga tidak bisa mengatakan bahwa anak ini pasti akan gagal. Yang paling utama adalah bagaimana menuntun anak  agar di bisa mencapai segala kekuatan kodratnya, agar di masa depan mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Pendidikan dalam Konteks Sosial Budaya

Kota Tangerang adalah kota yang plural, dengan masyarakat multietnik dan multikultur. Beragam budaya berbaur dalam kehidupan masyarakat Kota Tangerang. Keberagaman masyarakat di Kota Tangerang, menjadi fakta yang ada dalam kehidupan para siswa. Dalam satu kelas, siswa bisa berasal  dari 6-8 suku berbeda. Dengan keberagaman ini, siswa didorong, dimotivasi, difasilitasi untuk hidup bersama, bekerja sama, menghargai keberagaman yang ada dalam ruang hidup mereka, dimulai dari ruang kelas.  Praktik ini bisa dijalankan dengan menyadarkan mereka bahwa mereka berbeda satu sama lain, lalu bagaimana menyikapi perbedaan itu?

Siswa berlatih menghargai keberagaman dalam praktik

Sekaligus siswa dimotivasi untuk memahami bahwa keberagaman sosial budaya yang ada bukan untuk diseragamkan, tetapi justru memperkuat identitas kita sebagai bangsa.

“Pendidikan yang berhamba pada anak”

Pemikiran Ki Hajar Dewantara “Pendidikan yang berhamba pada anak”, semakin menyadarkan saya, bahwa sebagai pendidik, saya harus berusaha memahami kodrat yang ada pada  tiap-tiap anak, agar tidak salah dalam memberikan tuntunan, agar saya bisa memberikan pendidikan yang memberikan ruang untuk tumbuh dan kembangnya anak sesuai dengan kodrat mereka, tidak memaksakan. Dalam hal ini pendidkan hanyalah sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita, agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya anak kita. Memberikan teladan, memotivasi, menfasilitasi menjadi jalan bagi pendidik sebagai upaya menuntun anak-anak agar mereka tumbuh, berkembang mencapai kekuatan kodrat mereka. Merdeka Belajar!

Memberikan tuntunan

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Kodrat Alam. Indonesia ditakdirkan menjadi bangsa besar yang besar dan plural. Beragam suku, agama, ras, budaya dan agama ada di Indonesia. Kondisi negara kepulauan dengan potensi kekayaan sumber daya alam yang besar menjadi potensi kelemahan  dan kelebihan Indonesia. Kondisi negara kepulauan dengan suku dan budaya yang beragam menyimpan potensi disintegrasi. Kekayaan sumber daya alam yang besar, memanjakan rakyat untuk bisa hidup dengan mudah. “Bukan lautan hanya kolam susu, Kail dan jala cukup menghidupimu, Tiada badai tiada topan kau temui,  Ikan dan udang menghampiri dirimu, Orang bilang tanah kita tanah surga,Tongkat kayu dan batu jadi tanaman” demikian Koes Plus menggambarkan.

Kodrat Zaman. Pada masa sekarang, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Industri berkembang, globalisasi menjadi hal lumrah yang tidak bisa dihindari. Generasi penerus bangsa Indonesia akan bersaing dengan anak-anak dari negara lain yang juga tengah berupaya memenangkan persaingan global di masa depan. Pendidikan harus memberikan siswa-siswi ketrampilan abad 21, berpikir kritis dalam menghadapi dan memecahkan masalah, siswa memiliki daya kreatifitas, senantiasa mampu berinovasi, memiliki kemampuan komunikasi serta sikap kerjasama. Dengan ketrampilan-ketrampilan itu, generasi masa depan bangsa akan bisa berdiri sejajar dengan generasi dari negara lain.

Memberikan ketrampilan pemanfaatan teknologi informasi

Kodrat alam dan kodrat zaman yang dimiliki serta dialami menjadi pertimbangan bagaimana Pendidikan Indonesia akan dijalankan. Sebagai generasi penerus bangsa, siswa harus paham serta menyadari sejarah masa lalu, kondisi bangsa dan negaranya sekarang serta yang akan datang. Di masa yang akan datang mereka yang akan memiliki bangsa dan negara ini. Sesuai dengan  kodrat alam yang dimiliki oleh masing-masing anak, bagaimana kemudian pendidikan yang diberikan memberikan tuntunan agar mereka siap menjadi  generasi masa depan yang siap menerima warisan besar bangsa dan negara ini, mengelola, memanfaatkan secara bijak segala potensi yang dimiliki untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama secara beradab. Namun tak lupa bahwa Bangsa Indonesia adalah bagian dari masyarakat dunia yang tak luput dari arus globalisasi. Pendidikan Indonesia harus memberikan kecakapan-kecakapan masa kini kepada siswa-siswinya, agar mereka mampu bersaing dalam pergaulan global dengan tidak meninggalkan jati diri dan identisanya sebagai bangsa Indonesia.

Demikianlah menjadi, menjadi pendidik tidak bisa meninggalkan tiga prinsip yang di ajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang pertama, pendidik itu harus Ing Ngarso Sung Tulodho, artinya guru atau pendidik ketika berdiri di depan, memimpin, mengarahkan siswa harus bisa memberikan teladan, contoh, praktik baik yang bisa ditiru oleh siswa, baik dalam tutur kata, sikap, perilaku. Tidak hanya berbicara, tapi juga mempraktikan, dengan demikian memberikan keteladanan. Yang kedua, pendidik itu harus Ing Madya Mangun Karsa, artinya guru ketika berada bersama dengan siswa-siswanya, harus mampu membangunkan niat, semangat, kemauan dari siswa-siswinya sehingga mereka tidak pernah terputus belajarnya, senantiasa berusaha untuk mencapai kekuatan kodratnya. Yang ketiga, pendidik itu harus bisa Tut Wuri Handayani, artinya seorang pendidik ketika berada dibelakang, “ngemong, among” para siswanya, harus bisa memberikan kekuatan. Tatkala siswa tengah lesu, bisa menyemangati, memotivasi. Kehadiran seoorang guru ketika berada dibelakang siswa-siswinya harus mendatangkan keyakinan bagi siswa-siswinya bahwa mereka mampu dan bisa tumbuh berkembang menjadi manusia-manusia yang merdeka.

Demikian, semoga dari hari ke hari, kita para guru, terutama saya sebagai pribadi, semakin bisa mewujudkan cita-cita Ki Hajar Dewantara, membangun peradaban bangsa, tak lelah senantiasa belajar dan belajar, semoga bisa memberi yang terbaik bagi generasi masa depan. Amin.

Monyet, Berang-Berang, Kambing dan Kelinci


Alkisah di suatu hutan, para satwa disana selalu hidup damai bahagia. Konon kebahagiaan di Hutan tersebut disebabkan para satwa disana selalu memberi dan tolong menolong satu sama lain. Tidak ada satupun makhluk disana yang egois dimana hanya memikirkan diri sendiri. Kabar tentang para Satwa di Hutan yang Bahagia ini pun sampai ke telinga para Dewa di Kerajaan Langit.

montey

Akhirnya salah seorang Dewa memutuskan turun untuk menguji para makhluk di hutan tersebut. Maka menyamarlah sang Dewa menjadi musafir dan masuk ke dalam hutan . Disana ia bertemu dengan 4 orang satwa yaitu Monyet , Kambing, Berang Berang dan Kelinci dan memohon diberikan makanan oleh mereka. Kedatangan seorang manusia untuk pertama kalinya di hutan tersebut, membuat para satwa berbondong bondong memberi hadiah kepada sang musafir yang kelaparan.

berang-berang raksasa

Si Monyet datang memberi hadiah setandan pisang. Berang Berang datang membawa ikan. Kambing datang membawa susu. Ketika Kelinci datang, ia hanya membawa kayu bakar. “Aku tak bisa memberimu apa apa, tapi bakar saja kayu ini” , kata si Kelinci. Namun begitu api dibakar, tidak disangka sangka di Kelinci menjatuhkan dirinya ke dalam kobaran api.

KelinciTernyata si Kelinci mempersembahkan daging tubuhnya untuk sang musafir. Atas aksi pengorbanan si Kelinci ini, maka sang Dewa mengangkat si Kelinci naik ke atas bulan berdekatan dengan Kerajaan Langit tempat para Dewa Dewi. Karena itulah kita bisa melihat ada sosok siluet Kelinci saat bulan pernama.

”Moral of the Story’ dari kisah dongeng ini: Dalam hidup ini, kita harus senantiasa memberi dan menolong sebanyak mungkin orang. Supaya bahagia, seringlah memberi dan membantu orang lain. Kebahagiaan sejati didapat dari membahagiakan orang lain. Karena itu manusia yang hidupnya tidak bahagia dan sering stress, kemungkinan karena dirinya lebih memikirkan dan berfokus kepada diri sendiri. Ia memusatkan dunia pada dirinya.

GANDAMANA  


Gandamana_gam,bar besarJPG

Raden Gandamana                                  

Gandamana Sang Putera Mahkota.

Prabu Gandabayu Raja Negeara Pancala atau Cempalaradya, dan Permaisuri Gandarini diliputi kecemasan, karena Puteri sulung Sri Baginda, yang sudah menginjak dewasa belum juga ada yang melamarnya.

Prabu Gandabayu memiliki dua orang putera, yang sulung seorang puteri, bernama Dewi Gandawati, dan bungsunya, adalah seorang putera bernma Pangeran Gandamana. Seorang satria yang sakti dan mandraguna, badan kokoh, tegap dan sigap. Menghadapi musuh dapat diandalkan. Sri Baginda Gandabayu, akhirnya memerintahkan kepada para punggawa kerajaan, akan digelarnya sayembara melawan Pangeran Gandamana, untuk memperebutkan Dewi Gandawati.  Sayembara telah di umumkan  Banyak para kesatria dan para raja mengikuti sayembara, namun semua terkalahkan oleh Gandamana. Sampai pada akhirnya datang seseorang dari negeri Atas Angin, Raden Sucitra. Raden Sucitra adalah sahabat Bambang Kumbayana. Sucitra seorang biasa, bukan. seorang pangeran, dan bukan keturunan raja, Kehadiran Sucitra pun diterima oleh Gandamana. Kemudian keduanya beradu kekuatan. Sucitra dapat mengimbangi kekuatan Gndamana. Akhirnya Sucitra dapat mengalahkan Gandamana., dan bisa memenangkan sayembara itu. Gandamana sangat kecewa. Namun kekecewaannya sedikit terobati dengan munculnya Prabu Pandu Dewanata. Yang menghadiri Sayembara tersebut, dengan menyatakan bahwa Sucitra adalah Sahabat Prabu Pandu. Prabu Pandu menawarkan kedudukan sebagai patih di Astinapura. Diharapkan agar tawaran itu dapat itu pertimbangkannya baik baik.

Sementara itu Prabu Gandabayu telah menunjuk Gandamana senagai penggantinya, andaikata ia lengser keprabon.Namun Gandamana menolak, dan Gandamana akan merelakan kepada Sucitra untuk menggantikan Ramanda Prabu Gandabayu, apabila sudah lengser keprabon. Sebelum lengser keprabon, Prabu Gandabayu, mengangkat menantunya yang bernama, Sucitra menjadi Raja di Pancala, dengan gelar Prabu Drupada.Sedangkan Pangeran Gandamana mengikuti Prabu Pandu, menjadi pepatih di Astinapura. Patih Gandamana merasa di muliakan oleh Prabu Pandu.

Prabu Pandu pulang dari mengikuti Sayembara Kunti. Pandu berhsil memenangkan
Continue reading

Model-Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).

Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai
Continue reading

Tanya Jawab Seputar Corona Virus (COVID-19)


Apa itu coronavirus?
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19.

Apa itu COVID-19?
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019.

Apa saja gejala COVID-19?
Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami demam, batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari
Continue reading

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan


Latar Belakang Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Nasional Indonesia


Tahun 1908 adalah titik permulaan bangkitnya kesadaran nasional. Pada tahun itu lahirlah organisasi pergerakan nasional yang pertama, yang kemudian disusul oleh organisasi-organisasi lainnya. Dengan demikian perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu telah memasuki tahap baru, yang lain sifatnya dengan perjuangan masa sebelumnya.
Mengenal sifat-sifat perjuangan setelah tahun 1908 itu adalah:

  • Bersifat nasional, artinya telah terjadi kerja sama antar daerah di Indonesia.
  • Menggunakan organisasi yang teratur.
  • Tidak tergantung pada satu pimpinan. Artinya, jika pimpinan ditangkap dapat digantikan oleh yang lain.

Pergerakan nasional di Indonesia lahir karena adanya beberapa sebab, yaitu sebab-sebab dari dalam negeri dan luar negeri.
Sebab-sebab dari dalam negeri,
Continue reading

Modul Peta, Atlas, dan Globe


 PENDAHULUAN

Permukaan bumi dengan segala isinya merupakan planet yang terlalu luas untuk dapat dijelajahi. Manusia beserta mahluk hidup lainnya, sungai, laut, daratan, gunung, lembah, kota, negara, adalah berbagai fenomena alam dan budaya yang tersebar di permukaan bumi. Semua hasil ciptaan-Nya tersebut adalah semata-mata untuk manusia, sehingga manusia penting untuk mengetahui, memanfaatkan dan memeliharanya. Walau demikian, kita memiliki keterbatasan untuk dapat mengetahui semua informasi yang tersebar di berbagai belahan bumi ini. Kita hanya dapat mengenal keadaan dan rupa dari permukaan bumi sejauh batas pandangannya mengijinkan. Karena itu, agar pola dari seluruh atau sebagian permukaaan bumi dapat ditangkap dalam sekali pandangan maka dibuatlah bumi yang digambarkan dalam bentuk peta, atlas, dan globe.

Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan wujud lain dari peta, seperti atlas dan globe. Baik atlas maupun globe memiliki fungsi yang sama dengan peta yaitu untuk menginformasikan bumi, hanya disuguhkan dalam bentuk yang berbeda dengan peta.

Modul ini terdiri dari tiga buah kegiatan belajar,
Continue reading

SEKAR MIJIL


01

Ya Prabu Ciyungwanara mangsuli, boten wonten roro, ya tetelu aturku sajatine, gih punapa karsa putra aji, kawula dhuluri, sok dadiya arju.

02

Sampun nelangsa ing salasa tunggil, punika kang dados, panedha kula ing sadayane, para putra sing ngatas angin, pan rama ing uni, dhateng saenipun.

03

Kula tempuhaken lawan nalisip, bilih putra mangko, nuntenweleh geni boten moset, karanane punika kang geni, dede geni pranti, sampun kadhalangsu.

04

Heran kula ika geni, tan wonten sosolot, manther angger tan ana surude, kula dhugi wonten nyurupi, adhining asakti, kaduk mahinggurut.

Continue reading

SEKAR PANGKUR


PANGKUR

01

Dupi sang nata miyarsa, geger gumuruh kang anan Jawi, sang prabu Lutungkasarung, sigra amiyos enggal, angliga dhuhung Linggaiyang den suduk, sapisan madhuwa raga, dadi roro den pindhoni.

02

Sinuduk pan dadi papat, pining telu dadi wolu sayakti, pining pat panyudukipun, dadi bocah nembelas, pa wus dadi akeh enggal ngarubut, sang prabu ngebyuki padha, tan bias polah kawingkis.

03

Rinejeng tanpa wisesa, lininggihaken ing rante wesi, Lutungkasarung wus lungguh, ing rante tanpa sesa, aneng bale rinengku ya pinikul, dening lare kanembelas, den babayang den suraki.

04

Continue reading